Sejarah Madrasah
- Selasa, 23 Februari 2021
- Admin Madrasah
- 0 komentar
Sejarah Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Asshomadiyah
Madrasah Ibtidaiyah Asshomadiyah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang lahir dari semangat pengabdian dan perjuangan dakwah KH. Abdusshomad Buchori. Berdirinya madrasah ini bukanlah sesuatu yang instan, melainkan melalui proses panjang dan bertahap yang dimulai dari pembentukan pondasi dakwah berbasis pesantren, pemberdayaan ekonomi umat, hingga pendidikan formal untuk anak-anak usia dini dan sekolah dasar.
Cikal bakal berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Asshomadiyah tidak bisa dilepaskan dari pendirian Pondok Pesantren Darussifa' Asshomadiyah, yang menjadi tonggak awal perjalanan dakwah KH. Abdusshomad Buchori. Pondok pesantren ini didirikan sebagai pusat pendidikan agama dan pengembangan karakter santri yang berlandaskan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Dengan metode talaqqi, halaqah, dan pengkajian kitab kuning, pondok pesantren ini membentuk generasi santri yang tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan semangat mengabdi kepada masyarakat.
KH. Abdusshomad Buchori memiliki visi yang luas dalam membangun peradaban Islam melalui pendidikan dan ekonomi. Ia meyakini bahwa untuk memperkuat umat, tidak cukup hanya melalui pendidikan agama, tetapi juga perlu dibarengi dengan kemandirian ekonomi. Maka dari itu, beliau menggagas pendirian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Assyifa, sebuah lembaga keuangan mikro berbasis syariah yang dikelola dengan semangat koperasi.
BMT Assyifa didirikan dengan tujuan membantu masyarakat dalam kegiatan ekonomi, simpan pinjam, dan usaha produktif lainnya dengan prinsip-prinsip Islam seperti keadilan, transparansi, dan tanpa riba. BMT ini menjadi wadah bagi masyarakat kecil untuk bisa berkembang dan berdaya secara ekonomi tanpa terjerat sistem kapitalistik. Keberadaan BMT Assyifa menunjukkan bahwa KH. Abdusshomad Buchori bukan hanya seorang ulama dan pendidik, tetapi juga seorang visioner dalam bidang pemberdayaan ekonomi.
Setelah pondok pesantren dan BMT berjalan dengan baik, KH. Abdusshomad Buchori menyadari bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting sebagai landasan dasar dalam membentuk karakter dan akhlak mulia. Maka beliau mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ) Asshomadiyah sebagai langkah awal untuk mengenalkan Al-Qur’an kepada anak-anak sejak usia dini. TPQ ini menjadi tempat anak-anak belajar membaca, menghafal, dan memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan pendekatan yang menyenangkan dan penuh kasih sayang.
TPQ Asshomadiyah berkembang pesat dan diminati oleh masyarakat sekitar karena pendekatannya yang humanis dan efektif. Dengan sistem pembelajaran yang melibatkan metode iqra’, tartil, dan hafalan surah-surah pendek, TPQ ini melahirkan banyak generasi muda yang mencintai Al-Qur’an dan memiliki semangat religius yang kuat. Dari TPQ inilah, muncul kebutuhan untuk melanjutkan proses pendidikan anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi dalam suasana yang masih islami.
Menjawab kebutuhan tersebut, maka didirikanlah Raudhatul Athfal (RA) Asshomadiyah, sebuah lembaga pendidikan anak usia dini formal yang bernaung di bawah Kementerian Agama. RA Asshomadiyah hadir sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajarkan huruf dan angka, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keimanan, adab, dan kemandirian kepada anak-anak sejak usia dini.
RA Asshomadiyah dikelola secara profesional dengan tenaga pendidik yang kompeten dan kurikulum yang terintegrasi antara pendidikan karakter, kognitif, dan spiritual. Kegiatan belajar mengajar di RA Asshomadiyah tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan luar ruangan, pembiasaan ibadah, serta pengenalan budaya Islam seperti salam, doa harian, dan kisah teladan nabi.
Melalui RA inilah para orang tua semakin yakin bahwa pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam sangat penting untuk perkembangan anak. Dari sinilah kemudian muncul aspirasi dari masyarakat untuk menghadirkan pendidikan lanjutan di tingkat dasar yang tetap satu naungan dan satu visi dengan pondok pesantren, BMT, TPQ, dan RA.
Menanggapi aspirasi tersebut, KH. Abdusshomad Buchori bersama para tokoh dan pengurus lembaga, mendirikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Asshomadiyah sebagai wujud nyata dari integrasi antara pendidikan formal dan pendidikan Islam. MI Asshomadiyah menjadi lembaga pendidikan dasar Islam yang berkomitmen untuk mendidik generasi muda agar memiliki kecakapan akademik sekaligus akhlak yang mulia.
MI Asshomadiyah mengusung visi untuk mencetak lulusan yang beriman, bertakwa, cerdas, dan berkarakter. Kurikulumnya disusun secara terpadu antara Kurikulum Nasional dan Kurikulum Keagamaan yang menekankan pada penguasaan ilmu-ilmu dasar serta penguatan nilai-nilai keislaman. Mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, dan Sains dipadukan dengan pelajaran keagamaan seperti Fiqih, Akidah Akhlak, dan Bahasa Arab.
Selain itu, MI Asshomadiyah juga mengembangkan program ekstrakurikuler yang mendukung bakat dan minat siswa, seperti tahfidz Al-Qur’an, seni islami, pramuka, dan olahraga. Lingkungan belajar yang kondusif, guru-guru yang berdedikasi tinggi, serta dukungan dari orang tua dan masyarakat membuat MI Asshomadiyah semakin dikenal dan dipercaya sebagai madrasah yang unggul dan berdaya saing.
Hingga saat ini, MI Asshomadiyah terus berkembang dan menjadi bagian penting dari sistem pendidikan Islam di Indonesia. Keberhasilan ini tidak lepas dari komitmen dan perjuangan KH. Abdusshomad Buchori yang meletakkan dasar kuat bagi setiap lembaga yang didirikannya. Beliau adalah sosok pemimpin yang tidak hanya berpikir untuk masa kini, tetapi juga menyiapkan masa depan generasi Islam dengan fondasi yang kokoh.
Dari Pondok Pesantren Darussifa’, BMT Assyifa, TPQ Asshomadiyah, RA Asshomadiyah, hingga MI Asshomadiyah, semua merupakan mata rantai perjuangan yang saling terhubung dan menguatkan. Inilah warisan berharga dari seorang ulama yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan yang bermakna dan berkelanjutan.